kaktus di gurun pasir
Di sebuah gurun pasir yang luas, ada tanaman kaktus yang kesepian. Ia hanya berdiri di bawah terik matahari dan tetap berdiri tanpa bisa berpindah-pindah. Ia tidak punya teman, hanya sesekali beberapa orang melintas dengan unta tanpa memperhatikan kaktus.
Dari kejauhan terdapat pohon palem yang sangat indah. Beberapa pengelana terkadang singgah sebentar untuk berteduh dan beristirahat. Pohon palem itu melambaikan daunnya yang panjang dan gemulai. Membuat siapa pun betah duduk di bawahnya karena seolah sedang dikipasi oleh palem.
Kaktus sedih, batangnya yang berduri, daunnya yang kaku, dan bentuknya yang buruk membuatnya diabaikan. Seolah dirinya hanya menambah kegersangan padang pasir yang tandus. Mengapa yang lain memiliki keistimewaan sementara ia tidak? Pikirnya.
Kaktus ingin sekali menjadi bagian dari alam ini, yang berguna bagi makhluk lain. Namun, sepertinya ia memang ditakdirkan untuk sendiri, buktinya tidak ada seekor burung pun yang bersedia hinggap di salah satu dahannya, karena mereka takut tertusuk duri.
Suatu hari kaktus melihat seorang pengelana menunggangi untanya. Ia beristirahat di bawah pohon palem. Namun, kali ini kaktus merasa ada yang berbeda, biasanya pengelana tidak akan berlama-lama duduk di bawah palem. Tapi kali ini ia sudah lama duduk di sana dan tidak juga beranjak. Kaktus pun heran, apa yang terjadi dengan pengelana
Hingga matahari tergelincir, pengelana masih di sana. Kaktus yang semakin penasaran menggerak-gerakkan batangnya ingin melihat lebih jelas. Sayangnya, ia tidak bisa berjinjit, ia hanya bisa bergerak kaku dan pelan. Melihatnya bergerak, mata pengelana tertuju pada dirinya. Kaktus merasa ia sedang diperhatikan oleh pengelana.
Pengelana pun beranjak dari bawah pohon palem. Tanpa diduga oleh kaktus, pengelana menuju ke arahnya. Kaktus salah tingkah, apakah gerakannya membuat si pengelana menjadi marah atau penasaran. Pengelana semakin dekat, namun jalannya tampak terseok-seok.
Saat mendekat, pengelana mengeluarkan sebilah pisau kecil yang membuat kaktus menjadi ketakutan. Tanpa ragu, pengelana menyabet salah satu tangkainya yang kecil dan membuatnya kaget. Untuk pertama kalinya ia merasakan sakit. Salah satu dahannya terpotong, ia mengira pengelana marah padanya. Namun, saat melihat pengelana mengucurkan air yang keluar dari dahannya dan meminumnya. Kaktus sadar, pengelana itu kehausan.
Kaktus pun dengan senang hati memberi air, walaupun ia merasa sakit. Ini kali pertama ia merasakan senang dapat bermanfaat bagi orang lain. Pengelana memotong lagi dahan kaktus dan meminum airnya, hingga ia hanya menyisakan satu dahan. Saat itulah, kaktus melihat pengelana menjadi lebih segar. Pengelana juga menancapkan dahan-dahan yang telah ia minum airnya di sekitar kaktus. Pengelana pun berlalu, kini ia sudah tidak terseok-seok lagi.
Kaktus baru menyadari, ternyata kelebihan dirinya terletak pada dahan yang menyimpan air di tengah gersangnya gurun pasir. Saat seseorang kesulitan mencari air, ia memberikan air. Kaktus pun merasa ia adalah tanaman paling bahagia di dunia karena dapat memberikan manfaat.
Waktu berlalu begitu cepat, kaktus pun telah memiliki dahan yang baru. la juga telah menyiapkan banyak air di dahan-dahannya, jika sewaktu-waktu ada pengelana yang membutuhkan air darinya. Namun, tak disangka olehnya, dahan-dahan yang pernah dipotong darinya oleh pengelana dulu, tumbuh menjadi kaktus-kaktus kecil di sekelilingnya.
Ia pun senang bukan kepalang. Ia kini tidak sendiri lagi. Di sisa satu dahannya yang dulu tidak dipotong oleh pengelana juga tumbuh mahkota bunga yang indah. Kaktus merasa sangat istimewa karena ternyata ia sangat cantik seperti bunga lainnya