kakek yang selalu bingung
Di sebuah desa, ada seorang kakek yang hidup sebatang kara. Ia baru saja memutuskan untuk pensiun setelah sekian lama bekerja keras. Ia memiliki sebuah celengan berisi uang hasil jerih payahnya sejak usia muda. Ia ingin di hari tuanya, dapat menikmati uang itu dengan menggunakannya secara bijak. Setelah celengan dibuka, ia menghitung semua uang dan mulai berpikir, kira-kira apa yang dapat ia beli dengan uang yang ia miliki.
Ia pun berjalan-jalan ke pasar sambil membawa uang miliknya. Ia melihat beberapa ekor kambing muda dan bagus. Ia pun berpikir, jika uang itu digunakan untuk membeli beberapa ekor kambing maka ia dapat memeliharanya. Lama-kelamaan kambing itu beranak sehingga kambing miliknya akan menjadi banyak.
Namun, seketika itu juga tiba-tiba terbesit di dalam pikirannya, jika ia membeli kambing maka ia harus membuat kandang dan mencari rumput untuk makanan semua kambingnya. Ia pun berlalu meninggalkan penjual kambing dan justru memilih beberapa pakaian baru.
“Beberapa pakaian baru tidak akan menghabiskan uangku. Pakaianku kan sudah usang, tidak ada salahnya aku membeli beberapa helai, ucapnya pada diri sendiri.”
Beberapa hari kemudian, kakek tua itu kembali berpikir kira-kira apa yang akan ia beli dengan uang miliknya, yang sudah ia kumpulkan dengan susah payah itu. Tak lama kemudian ia melihat penjual timun. Penjual timun itu menjajakan timun yang sangat bagus, buahnya besar dan ranum.
Terbesit di dalam pikirannya, jika ia membeli beberapa timun dan bijinya ditanam maka ia dapat memanen timun yang bagus-bagus seperti itu. Selain dijual, timun hasil panennya dapat dijadikan makanannya sehari-hari.
Namun, tiba-tiba ia menjadi kebingungan, karena jika ia menanam timun, ia harus selalu menyiram tanamannya agar subur, memupuknya, dan bahkan menjaganya dari hewan-hewan yang bisa saja mencuri timun miliknya. Ia pun berlalu meninggalkan pedagang timun dan memilih pulang.
Namun, saat pulang, ia melihat beberapa pedagang makanan enak. Rasanya sudah lama ia tidak makan enak. Ia pun pulang dengan membeli begitu banyak makanan enak.
Keesokan harinya, kakek tua itu kembali berpikir apa yang akan ia beli dengan uang hasil bekerja saat usia muda. Tak jauh dari tempatnya berdiri, ada seorang penjual ikan nila. Kakek tua itu melihat ikan-ikan nila itu mengibaskan sirip dan berenang di kolam kecil
Terlintas di dalam pikirannya untuk memelihara ikan nila. Ikan nila akan cepat tumbuh besar dan beranak, lama kelamaan saat sudah besar, ikan tersebut dapat dijual dan menghasilkan uang.
Tiba-tiba Kakek tua kembali bingung, jika ia memelihara ikan, ia harus menyediakan makanan ikan setiap hari. Jika kemarau dan kolam ikan menjadi kering, ikan-ikan akan mati. Ia pun pergi meninggalkan ikan nila dan bergegas pulang.
Saat hendak pulang, tiba-tiba sandal yang ia kenakan putus. Sandalnya harus segera diperbaiki. Namun, butuh waktu lama untuk memperbaikinya. Ia pun mendekati penjual sandal dan membeli beberapa pasang sandal.
Hingga suatu hari, ia masih saja bingung apa yang akan ia beli. Pak tua terkejut karena uang di saku celananya telah habis. Pak tua sangat menyesal mengapa ia selalu bingung dengan apa yang ada di hadapannya.
Pak tua sangat menyesal karena ia telah bekerja keras mengumpulkan uang di waktu muda, kini dengan mudah ia menghabiskan uang itu di waktu tua untuk sesuatu yang tidak begitu penting. Kini ia menikmati masa tua dengan tidak memiliki apa-apa.