-->

2 orang penyemir sepatu



Ada dua orang penyemir sepatu yang selalu mengais rezeki bersama-sama. Penyemir yang pertama adalah penyemir yang selalu terlihat bahagia. Setiap hari ia menunggu seseorang dengan sepatu kotor dengan bersiul. Seolah hidupnya tidak ada beban sama sekali. Ada ataupun tidak ada pelanggan yang menyemir sepatu, ia selalu bersiul dan berbahagia.


Sementara penyemir kedua adalah penyemir yang selalu mengeluh. Ia heran melihat rekan sesama penyemir yang selalu bersiul. Hidup saja susah, penghasilan juga tidak menentu. Terkadang bisa makan, terkadang harus menahan lapar, pikirnya. Sehingga ia menghabiskan waktu untuk menunggu pelanggan dengan selalu menggerutu.

Suatu ketika ada seorang pria yang sangat kaya hendak mendermakan sebagian kecil uangnya. Saat itu pria kaya melihat dua orang penyemir sepatu yang sepi pelanggan. Ia pun membagi dua uang yang akan ia sedekahkan kepada penyemir bahagia dan penyemir penggerutu.
Penyemir bahagia tampak senang menerima uang pemberian pria kaya. Ia belum pernah memegang uang sebanyak itu. Ia pun sangat berterima kasih pada pria kaya. Berkali-kali ia mendoakan pria kaya agar kebaikannya segera terbalas.

Namun, hal berbeda dilakukan penyemir penggerutu. Ia menyesalkan mengapa rekan penyemirnya berada di dekatnya. Jika tidak, tentu uang yang akan diberikan pria kaya tidak perlu dibagi dua. Ia merasa uang itu seharusnya untuk dirinya semua.

Saat sore, keduanya bersiap pulang ke rumah masing-masing. Di tengah jalan, keduanya bertemu dengan seorang peminta-minta. Saat peminta-minta mendekati penyemir penggerutu, penyemir penggerutu langsung mengusirnya, mengatakan bahwa ia tidak punya uang sama sekali.

Kemudian peminta-minta mendekati penyemir bahagia. Ia sangat iba melihat peminta-minta. Namun, ia juga sangat membutuhkan uang itu. Setelah berpikir cukup lama, penyemir bahagia akhirnya membagi uang miliknya dengan peminta-minta. Peminta-minta itu senang bukan kepalang mendapatkan uang yang banyak. Penyemir penggerutu heran dengan sikap penyemir bahagia yang memberikan uang yang baru didapatnya pada orang lain.

Tidak jauh berjalan, penyemir bahagia bertemu dengan penjual makanan. Ia membeli makanan untuk ia makan. Melihat penyemir penggerutu tidak membeli makanan, penyemir bahagia pun bertanya.

“Apakah kau lapar, sahabatku?”
“Aku tidak ingin membelanjakan uang yang baru kudapatkan.”
Penyemir bahagia yang melihat temannya menelan ludah, memutuskan membeli makanan untuknya dan penyemir penggerutu. Penyemir penggerutu pun senang.

Saat tiba di rumah, penggerutu menyimpan uangnya baik-baik. Ia bahkan tidak bisa tidur karena takut ada seseorang yang berniat mencuri. Sementara penyemir bahagia terdengar bernyanyi dan bersiul.

Penggerutu menjadi berubah, ia tidak mau menyemir lagi. Itu karena ia takut ada orang yang mengambil uangnya saat ia pergi bekerja. Hidupnya semakin buruk, karena ia tidak membelanjakan uang itu sedikit pun dan rasa takut jika uang itu diambil orang.

Cerita itu terdengar oleh seorang perampok. Uang pengemis penggerutu akhirnya hilang dan ia menangis sejadi-jadinya. Ia belum sempat menikmati uang itu sedikit pun, namun sudah hilang dicuri perampok.

“Kau seharusnya membelanjakan uangmu seperti aku, sehingga uang itu akan berkurang dan bebanmu untuk menjaganya tidak begitu berat.”

“Aku tidak akan membelanjakan uang itu.”
“Kalau begitu kau tukar saja uang itu dengan dedaunan kering, itu akan sama saja. Toh kau tidak akan membelanjakan semua uangmu, kan?”

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel