-->

Teori perkembangan peserta didik materi PPG 2022 sesuai kisi-kisi

 materi inti : teori perkembangan peserta didik 

sub : 

1. teori psikoanalitis 

1.Ada dua teori psikoanalitis : Freud dan Erikson

2.Freud mengatakan kepribadian terdiri dari tiga struktur; id, ego, dan superego.

3.Erikson: mengembangkan suatu teori yang menekankan delapan tahap perkembangan psikosial:

1)Kepercayaan vs ketidakpercayaan

2)Otonomi vs rasa malu dan keragu-raguan

3)Prakarsa vs rasa bersalah

4)Tekun vs rasa rendah diri

5)Identitas vs kebingungan identitas

6)Keintiman vs keterkucilan

7)Bangkit vs mandeg

8)Integritas vs kekecewaan


2. teori kognitif (piaget)

Teori kognitif yang penting adalah teori Piaget dan teori pemrosesan informasi

Piaget mengatakan bahwa termotivasi untuk memahami dunia kita menggunakan proses-proses pengorganisasian dan penyesuaian diri (asimilasi dan akomodasi) untuk berlaku seperti itu. Empat tahap ; sensorimotor, pra-operasional, operasional konkrit, dan operasional formal.

Teori pemrosesan informasi: adalah mengenal cara individu memproses informasi tentang dunianya, yang meliputi bagaimana informasi masuk ke dalam pikiran, bagaimana informasi disimpan, dan disebarkan, dan bagaimana informasi diambil kembali untuk memungkinkan kita berpikir dan memecahkan maslah.

TEORI BELAJAR PIAGET

Perkembangan kognitif yang dibentuk oleh individual melalui pengetahuan berinteraksi dengan lingkungan terdiri dari atas tiga bentuk pengetahuan fisik, pengetahuan logika-matematik, pengetahuan social. Pembentukan pengetahuan itu tersusun atas tiga fase, yaitu fase eksplorasi, fase pengenalan konsep, dan fase aplikasi konsep.

FASE-FASE PERKEMBANGAN KOGNITIF PIAGET

The Sensorimotor Period: Birth to 18 to 24 months.

The Preoperational Period: 2 to 7 years.

The Concrete Operational Period: 7 to 11 years.

The Formal Operational Period: over 11 years.


3. teori belajar sosial (behaviorisme) 

Behaviorisme menekankan bahwa kognisi tidak penting dalam memahami perilaku. B.F.Skinner mengemukakan perkembangan adalah perilaku yang diamati, yang ditentukan oleh hadiah dan hukuman di dalam lingkungan.

Teori belajar sosial yang dikembangkan oleh Albert Bandura menyatakan bahwa lingkungan adalah faktor penting yang mempe ngaruhi perilaku, tetapi proses-proses kognitif tidak kalah pentingnya. Teori belajar sosial manusia memiliki kemampuan untuk mengendalikan perilakunya sendiri.

Belajar adalah perubahan tingkah laku. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika ia mampu menunjukkan perubahan tingkah laku.

Misalnya: seorang siswa belum dapat membaca. Maka, betapapun ia keras belajar, betapapun gurunya beusaha sebaik mengajar, atau bahkan ia sudah hafal huruf A sampai Z di luar kepala, namun bila ia gagal mendemonstrasikan kemampuanya dalam membaca, maka siswa itu belum di anggap belajar. Ia di anggap telah belajar jika ia telah menunjukkan suatu perubahan dalam tingkah laku (dari tidak bisa membaca menjadi bisa membaca)

Menurut teori ini, yang terpenting adalah masukan/input yang berupa stimulus dan keluaran/output yang berupa respons. Sedangkan apa yang terjadi di antara stimulus dan respons itu dianggap tak penting diperhatikan sebab tidak bisa diamati. Yang dapat diamati hanyalah stimulus dan respons.

Menurut teori Behaviorisme, apa saja yang diberikan guru (stimulus), dan apa saja yang dihasilkan siswa (respons), semuanya harus bisa diamati, diukur, dan tidak oleh hanya tersirat (implicit).

Faktor lain yang juga penting adalah factor penguatan (reinforcement). Penguatan hal yang memperkuat respon. Apabila responya positif maka respon akan semakin kluat, apabila responya negative maka dikurangi supaya tetap menguatkan respon.

Pelopor teori Behaviorisme ini adalah Pavlov, Watson, Skinner, Hull, dan Gutrie.

CONTOH APLIKASI TEORI BEHAVIORISME DALAM KEGIATAN PEMBELAJARAN

Teori Behaviorisme dalam aplikasinya seperti teori belajar lainnya yang tergantung beberapa hal seperti: sifat materi pelajaran, karakteristik pembelajar, media belajar, dan fasilitas belajar yang tersedia.

Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut:

Menentukan tujuan intruksional

Menganalisis lingkungan kelas yang ada saat ini termasuk mengidentifikasi “entry behavior” pembelajar (pengetahuan awal pembelajar)

Menentukan bahan pelajaran (pokok bahasan, topic, dan subtopic).

Memecah materi pelajaran menjadi bagian-bagian kecil.

Menyajikan materi pelajaran.

Memberikan stimulus berupa:

Pertanyaan (lisan atau tertulis);

Tes;

Latihan;

Tugas-tugas.

Mengamati dan mengkaji respons yang diberikan.

Memberikan penguatan/reinforcement (mungkin penguatan positif atau penguatan negative).

Memberikan stimulus baru.

Mengamati dan mengkaji respons yang diberikan (mengevaluasi hasil belajar).

Memberikan penguatan.

Dan seterusnya.



4. teori etologis 

Konrad Lorenz (1903-1989) menekankan sangat dipengaruhi oleh biologi, terkait dengan evolusi, dan ditandai oleh periode yang penting atau peka.

Melalui penelitian yg sebagian besar dilakukan dengan angsa abu-abu, Lorenz (1965) mempelajari suatu pola perilaku yang dianggap diprogramkan di dalam gen burung. Seekor anak angsa yang baru ditetaskan tampaknya dilahirkan dengan naluri mengikuti induknya. Menurut Lorenz konsep etologis untuk belajar dengan cepat dan alamiah dalam suatu periode waktu yang kritis yang melibatkan kedekatan dengan obyek yang dilihat bergerak pertama kali.


Dalam teori ekologi Bronfenbrenner, menjelaskan ada lima sistem lingkungan yang penting: 1. mikrosistem; 2. mesosistem; 3.eksosistem; 4.makrosistem; dan 5. kronosistem

Ekologi : ilmu tentang interrelasi antara organisme dan lingkungan. Lingkungan manusia termasuk di dalamnya proses biologi, psychologi, dan kultural sepanjang waktu.



5. teori ekologis 

Dalam teori ekologi Bronfenbrenner, menjelaskan ada lima sistem lingkungan 

yang penting: 

1. mikrosistem; (Ialah setting di mana individu hidup. Konteks ini meliputi keluarga individu, teman-teman sebaya, sekolah, dan lingkungan. Dalam mikrosistem inilah interaksi yang paling langsung dengan agen-agen sosial berlangsung. Misalnya dengan orang tua, teman-teman sebaya, dan guru.)

2. mesosistem; (Menurut Bronfenbrenner meliputi hubungan antara beberapa mikrosistem (microsystems) atau hubungan antara beberapa konteks.

Contoh ialah hubungan antara pengalaman keluarga dan pengalaman sekolah, pengalaman sekolah dengan pengalaman keagamaan , dan pengalaman keluarga dengan teman sebaya. Misalnya anak yang orang tuanya menolak mereka dapat mengalami kesulitan mengembangkan hubungan positif dengan guru)

3.eksosistem; Dalam Teori ekologi Bronfenbrenner dilibatkan ketika pengalaman-pengalaman dalam setting sosial lain-dalam mana individu tidak memikili peran aktif-mempengaruhi hal yang individu alami dalam konteks yang dekat

Misalnya, pengalaman kerja dapat mempengaruhi hubungan seseorang perempuan dengan suami dan anaknya. Contoh lain eksosistem pemerintah kota, yang bertanggung jawab bagi kualitas taman, pusat-pusat rekreasi, dan fasilitas perpustakaan bagi anak-anak dan remaja

4.makrosistem; dan 

5. kronosistem : Dalam teori ekologi Bronfenbrenner meliputi kebudayaan di mana individu hidup.

Kebudayaan mengacu pada pola perilaku, keyakinan, dan semua produk lain dari sekelompok manusia yang diteruskan dari generasi ke generasi (Santrock, 2002: 53)

Studi lintas budaya-perbandingan antara satu kebudayaan dengan satu atau lebih kebudayaan lain-memberi informasi tentang generalitas perkembangan.


Ekologi : ilmu tentang interrelasi antara organisme dan lingkungan. Lingkungan manusia termasuk di dalamnya proses biologi, psychologi, dan kultural sepanjang waktu.


Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel