hal yang harus di perhatikan saat menulis aksara sunda
Beberapa hal berikut harus diperhatikan dalam menulis dengan aksara Sunda.
1. Harus benar-benar mampu membedakan fonem [é], [e], dan [eu]. Fonem [é] taling ditulis dengan panéléng, sedangkan fonem [e] ditulis dengan pamepet, dan fonem [eu] ditulis dengan paneuleung. Untuk memudahkan melatih ingatan dalam membedakan ketiga fonem tersebut, cobalah menghapal kata BÉNTENKEUN yang ditulis dengan aksara Sunda
2. Harus ditegaskan kembali bahwa aksara Sunda menggunakan sistem silabik (satu lambang satu sukukata).
3. Harus ditegaskan kembali cara menggunakan rarangkén (vokalisasi).
Beberapa kesalahan penulisan vokalisasi yang sering ditemukan di antaranya:
a. menulis panéléng atau panolong tidak tepat. Ada yang menulis tanda panéléng dengan ekor terlalu ke depan sehingga mirip dengan panolong. Demikian pula ada yang menulis panolong dengan ekor terlalu ke belakang sehingga mirip dengan panéléng. Hal ini tentu membingungkan pembaca, apakah tulisan tersebut dibaca dengan bunyi [é] atau [o]?
b. menulis bunyi [h] yang seharusnya ditulis dengan pangwisad (… h ) malah ditulis dengan aksara ha dan pamaéh ( H ). Misalnya,
kata gajah tidak boleh ditulis gajaH karena untuk bunyi [h]
sudah ada pangwisad (…h). Jadi, penulisan yang benar untuk kata gajah adalah
c. Menulis bunyi [r] yang seharusnya ditulis dengan panglayar (… r ) malah ditulis dengan ra dan pamaéh ( R ). Misalnya, kata gambar tidak boleh ditulis gambaR karena untuk bunyi [r] sudah ada panglayar (… r). Jadi penulisan yang benar untuk kata gambar adalah gambar.
d. Menulis bunyi [ng] yang seharusnya ditulis menggunakan panyecek ( ng ) malah ditulis dengan nga dan pamaéh. Misalnya, kata bangkong tidak boleh ditulis tetapi harus bangkong.
e. Menulis bunyi kluster [ra] yang seharusnya ditulis dengan panyakra malah ditulis dengan pamaéh dan diikuti aksara ra. Misalnya kata putra tidak boleh ditulis tetapi harus putra.
f. Menulis bunyi [la] yang seharusnya ditulis dengan panyiku malah ditulis dengan pamaéh diikuti aksara la. Misalnya menulis kata keclak tidak boleh ditulis tetapi harus
g. Menulis bunyi [ya] yang seharusnya ditulis menggunakan pamingkal malah ditulis dengan pamaéh diikuti aksara ya. Misalnya, menulis kata gebyar tidak boleh tetapi harus
h. Ukuran vokalisasi sama atau hampir seukuran dengan ukuran aksara. Seharusnya, ukuran vokalisasi lebih kecil dari ukuran aksara.
4. Menulis angka harus di antara dua garis tegak.